Kamis, 10 September 2009

gempa .

September 2, 2009

Detik-detik ini masih dalam awal bulan September, sore hari sekitar jam 15.30an telah terjadi gempa yang melanda pulau jawa. Sebenarnya gempa tersebut terjadi karena adanya dua belah lempeng yang saling bertabrakan. Gempa tersebut berpusat di Tasikmalaya, sekitar 30 km kedalaman Tasik.

Wow . Sungguh suatu bencana yang tak di duga. Semua orang yang merasakan getaran itu, sangat panic. Mereka berlari-lari mencari tempat luas (jauh dari bangunan). Kepanikan itu pun dirasakan oleh segenap keluarga SMA Plus Muthahhari, Bandung. Baik murid-murid atau pun guru-guru yang sedang dalam ruangan segera lari keluar gedung sekolah. Teriakan “Allahu Akbar”, “Istigfar”, dll. Menggema diudara. Raut muka yang penuh kepanikan, suara tangisan ketakutan, hembusan nafas yang tergesa-gesa, tangan satu sama lain saling memegang, serta tubuh saling mendekap dapat disaksikan ketika bumi bergoyang.

Aku dan Syifa berdiri ditengah keramaian orang yang panic. Kian kemari, hembusan nafas makin tak teratur, nadi pun berdenyut sangat kencang sekali. Ketika aku berdiri dan menengok kesebelah kananku, ada temanku Syifa yang sangat membutuhkan oksigen. Kelihatan sekali Syifa sangat membutuhkan oksigen (Syifa mempunyai penyakit asma). Bumi pun masih bergoyang, Syifa pingsan. O, tidak ! Berat sekali aku menahan Syifa supaya tidak jatuh ke darat.

Huh !, tanganku melemas, aku sudah ngga kuat menahan berat badan Syifa dalam pangkuanku. Dengan segera aku meminta tolong Mam Esti yang memang kebetulan ada disebelah kiriku. Mam Esti dengan cepat tanggap langsung mendekap Syifa, ooh , tidak !. guncangan bumi semakin kencang, bingung !. Setelah sekian detik berselang, guncangan bumi pun tersentak berhenti. Dan dengan bergegas kami pun langsung membawa Syifa ke ruang Pak Dede.

Bu Rini datang menghampiri Syifa. Syifa pun diberi oksigen oleh Mam Esti. Syifa berbaring lemah dikursi dalam ruangan Pak Dede tersebut, dengan wajah merah dan panic. Syifa membutuhkan air minum yang hangat. Aku sebagai temannya langsung mencari air minum, mencari ke Yayasan, tidak ada. Tapi aku tidak putus asa, aku pun membagi tugas dengan Galuh. Galuh mencari ke asrama putri, sedangkan aku mencarinya ke asrama putra.

Aku pun merasa bingung, akhirnya aku menyuruh Maruf untuk mengambil air tersebut. Namun, Galuh sudah terlebih dahulu mendapatkan air tersebut. Syifa pun bisa minum air tersebut. Fuuuh ! Syifa sadar dan sedikit demi sedikit Syifa dapat pulih kembali.

Terima Kasih Ya Tuhan . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar